Selasa, 08 Februari 2011

A. Pengertian Anak Tuna Cakap Belajar


 Pengertian Anak Tuna Cakap Belajar
Secara umum anak tuna cakap belajar dapat diartikan anak yang mempunyai masalah kelemahan atau kekurangan dalam hal berpikir atau menerima materi atau intelegensinya kurang.
Selain itu, pada umumnya anak bodoh dapat diartikan salah satu dari beberapa jenis tuna cakap belajar, yang lebih cenderung kepada ketidak berfungsian minimal otak untuk berpikir atau menerima materi, stimulus, rangsangan.
Dari hasil observasi menunjukan tingkat intelegensinya biasanya dibawah rata-rata, dan lebih cenderung masa bodoh atau diam. Hasil tesnyapun hampir selalu dibawah rata-rata dan bawaannya tidak bersemangat.
B.    Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau Dari Sifat dan Perilaku Anak
Setiap anak atau siswa memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda, adapun karakteristik anak tuna cakap belajar antara lain:
a.       Memiliki kelemahan dalam berpikir dan menerima materi atau stimulus yang diberikan oleh guru.
b.      Intelegensinya dibawah rata-rata.
c.       Tidak menunjukan peningkatan prestasi.
d.      Lebih cenderung menyendiri, cuek dan pemalu
e.       Jika dihadapkan dengan sebuah pertanyaan atau soal cenderung tidak bisa menjawab atau lambat.
f.       Tidur didalam kelas
g.      Tidak aktif.
h.      Nyontek pekerjaan teman.
i.        Tidak naik kelas.
Mungkin masih banyak lagi karakteristik yang ada pada diri siswa/anak yang dikatakan tuna cakap belajar.
C.   Karakteristik Anak Tuna Cakap Belajar Ditinjau dari Berbagai Aspek
Karakteristik tuna cakap belajar yang ditemukan pada murid kecenderungan menunjukkan kesulitan dalam hal-hal berikut.
  1. Aspek Kognitif
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam masalah-masalah khusus seperti : kemampuan membaca, menulis, bicara, mendengarkan, berpikir dan matematis. Semuanya merupakan penekanan terhadap aspek akademik atau kognitif. Penekanan seperti ini merefleksikan keyakinan bahwa masalah murid tuna cakap belajar lebih banyak berkaitan dengan orientasi akademik dan bukan disebabkan oleh tingkat kecerdasan yang rendah.
Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah merupakan contoh klasik dari kekurang berfungsian aspek kognitif anak yang mengalami tuna cakap belajar. namun di lain pihak, tidak jarang mereka menunjukkan kemampuan berhitung atau matematika yang cukup tinggi. Kasus tersebut membuktikkan bahwa anak tuna cakap belajar memiliki kemampuan kognitif yang normal, akan tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik (academic retardation), yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan dengan apa yang dicapainya secara nyata.
  1. Aspek Bahasa
Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam mengeksperikan diri, baik secara lisan (verbal) maupun tertulis. Dengan kata lain, murid yang mengalami tuna cakap belajar dalam aspek bahasa cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami bahasa (bahasa reseptif) serta dalam mengekspresikan diri secara verbal (bahasa ekspresif).
Di dalam proses belajar, kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami dan menyatakan pikiran. Sehingga aspek kemampuan bahasa dapat dikatakan tidak dapat dipisahkan dari aspek kognitif, karena proses berbahasa pada hakikatnya adalah proses kognitif.
  1. Aspek Motorik
Masalah motorik merupakan salah satu masalah yang dikaitkan dengan murid tuna cakap belajar yang berhubungan dengan kesulitan dalam keterampilan motorik-perseptual (perceptual-motor problem), yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau pola. Kemampuan motorik ini diperlukan untuk menggambar, menulis atau menggunakan gunting, serta sangat diperlukan koordinasi yang baik, anatara tangan dan mata, yang dalam banyak hal koordinasi tersebut kurang dimiliki murid yang mengalami tuna cakap belajar.
Untuk lebih jelasnya, salah satu contoh murid yang mengalami tuna cakap belajar dikarenakan gangguan persetual-motor, dapat disimak dalam gambar berikut.
  1. Aspek Sosial dan Emosi
Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteristik sosial emosional murid tuna cakap belajar ialah kelabilan emosional dan keimpulsif-an. Kelabilan emosional ditunjukkan oleh sering berubahnya suasana hati dan temperamen, sementara ke-impulsif-an merujuk kepada lemahnya pengendalian terhadap doronggan-dorongan tersebut.
Karakteristik anak yang mengalami tuna cakap belajar tidak akan berlaku universal bagi seluruh anak tersebut karena setiap ketuna-cakapan belajar anak yang spesifik memiliki gejala dan karakteristik tersendiri seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, yaitu tentang jenis-jenis tuna cakap belajar.

D.   Faktor-faktor anak mengalami atau mempunyai kelemaha/ketidak mampuan dalam berpikir, menerima materi, stimulis dan rangsangannya (anak tuna cakap) antara lain:

a.    Faktor Internal (dalam diri anak)
1.   Minimal Brain Dysfunction (ketidak berfungsian minimal otak) yang bias termanifestasi dalam berbagai kondisi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa memori, pengendalian perhatian impuls (dorongan) atau fungsi motorik.
2.    Kelemahan perceptual
3.    Males belajar
4.    Kelemahan dalam membaca (dyslexia)
5.    Bawaan
b.    Faktor Ekstern (dari luar diri anak)
1.   
Faktor keluarga (keturunan)
2.    Lingkungan
3.    Beban pikiran karena masalah dengan keluarga
4.    Tidak adanya atau kurangnya perhatian dari orang tua juga keluarga
5.    Tidak adanya bimbingan atau pengarahan
E.    Pengaruh ketidak mampuan atau kelemahan dalam menerima materi, stimulus/rangsangan bagi anak yang bersangkutan (anak tuna cakap belajar) dan temannya antara lain :
a.    Pengaruh bagi dirinya sendiri
1.    Menjadi suatu masalah atas kelemahannya
2.    Menjadi penghambat dalam meraih prestasi
3.    Menjadikan kurang percaya diri dan tidak bersemangat
4.    minder dan suka menyendiri
5.    Bahan ejekan teman
6.    Membuat anak jadi merasa bodoh dan makin tidak terkontrol emosinya
7.    Mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif
8.    Dimarahi, diomel orang tua
9.   
Menambah beban teman sekelompoknya

b.    Pengaruh bagi teman-temannya
1.    Menjadi kendala saat kerja kelompok
2.   
Menimbulkan rasa kasihan
3.    Bahan cemoohan atau ledekan
4.    Mengurangi saingan dalam berprestasi
5.    Mempengaruhi dalam suasana belajar mengajar

F.    Langkah-langkah untuk mengatasi masalah yang dihadapi anak yang mengalami kelemahan atau ketidak mampuan dalam menerima materi, stimulus dan rangsangan (anak tuna cakap belajar) antara lain:
a.   
Memberikan perhatian dan kesempatan-kesempatan yang sepadan, selaras sesuai dengan kebutuhannya.
b.    Khususnya bagi orang tua, terimalah kelemahan yang dimiliki anak dengan kesabaran, tanggung jawab untuk membimbingnya.
c.    Maafkan dan jangan dimaki, berilah motivasi atau dorongan sebagai pemacu semangat mereka.
d.    Jangan sekali-kali memberi anak cap bodoh karena itu akan menjadi beban       baginya.   .
f.    Dekatilah dan menjadi teman curhat setia bagi mereka.
g.    Pergunakanlah Metode Bimbingan yang sesuai dengan kebutuhannya.

G.    Jenis Bimbingan
Jenis bimbingan yang di ambil diarahkan kepada kelemahan atau ketidak mampuan (anak tuna cakap belajar) yang menjadi bahan dalam makalah ini. Dimana fungsi bimbingan yang bersifat pencegahan, penyuluhan, dan pengobatan
Adapun beberapa fungsi bimbingannya yaitu antara lain:
a.    Penyuluhan (distributive)
b.    Pengadaptasian (adaptive)
c.    Penyesuaian (adjustive)
Jenis dan layanan bimbingan berupa bantuan-bantuan diantaranya:
a.    Pemberian informasi sebagai orientasi
b.    Bantuan untuk menyesuaikan diri
c.    Penyuluhan tentang perkembangan individu.

H.    Teknik Bimbingan
Betapapun pentingnya bimbingan harus diberikan kepada siswa tertentu, karena tugas utama seorang guru harus berpase pada terselenggaranya Proses Belajar Mengajar (PBM).
Oleh karena itu sejumlah kemungkinan layanan bimbingan hanya beberapa saja yang benar-benar berkaitan secara langsung dengan PBM, tugas lainnya merupakan kompetnsi dari layanan khusus bimbingan dan pelayanan di sekolah.
Kegiatan bimbingan itu berjalan paralel dan berdampingan serta berurutan logis dengan kegiatan Evaluasi dan Pengajaran dalam kerangka suatu pola PBM yang lengkap.
Adapun beberapa Metode yang digunakan dalam bimbingan ini, antara lain:
a.    Observasi (pengamatan)
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku) anak di kelas. Karena sikapnya mengamati, maka alat yang cocok untuk teknik ini adalah Panca Indra penglihatan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2.    Direncanakan secara sistematis.
3.    Hasil yang dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4.    perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi ini dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis, yaitu:
1.
Observasi Sehari-hari, saat kita melakukan Proses Belajar Mengajar.
2. Observasi Sistematis
3. Observasi Partisipatif
4. Observasi Nonpartisipatif
b.    Dokumentasi
Dokumentasi ini meliputi Lapor dan Buku Leger karena kita bisa tahu perkembangan anak dari hasil catatan guru selama Proses Belajar Mengajar di nilai.
Anak yang mengalami kelemahan atau ketidak mampuan (tuna cakap) akan menunjukan tingkat prestasi yang jauh tertinggal dari anak-anak normal lainnya. Tapi disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak.
c.    Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan sesponden (orang yang diminta informasi) atau orang yang bersangkutan dengan bimbingan.
Dalam bimbingan wawancara dilakukan oleh guru dengan siwa.
Misalnya:
-    Wawancara guru dengan murid (tuna cakap) secara langsung ditempat khusus.
-    Wawancara guru dengan teman-teman terdekatnya.
Kegiatan wawancara sangat penting karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
a.    Teknik yang tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi siswa.
b.    Dapat dilakukan kepada semua tingkat umur.
c.    Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi.
d.    Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan melalui teknik lain.
Adapun kelemahan wawancara antara lain:
a.   
Tidak efisien, tidak dapat menghem+at waktu.
b.    Sangat bergantung kepada kesediaan kedua belah pihak.
c.    Menuntut penyusunan bahasa dari pihak pewawancara..

1 komentar: